Senin, Juni 08, 2009

Begitu Merindukan Sosok Dia

Matahari di ufuk timur mulai beralih untuk tenggelam ke barat. Itu tandanya rombongan SMPN 25 Surabaya harus segera menuju bus untuk kembali ke kota asalnya. Hari ini benar-benar menyenangkan dan melelahkan bagi murid SMPN 25. Seharian menghabiskan waktu di pantai Pasir Putih.
Rasanya tidak enak bagi mereka mengingat sebentar lagi harus berpisah satu sama lain. Tapi ternyata, bukan hanya para murid yang tidak menginginkan perpisahan ini terjadi. Ada pula seorang guru yang merasa kehilangan juga. P.Rafi, begitu panggilannya. Umurnya memang masih muda untuk menjadi guru. Itulah yang membuat murid-murid menjadi mudah akrab dengannya. Ditambah beliau juga masih jomblo sehingga para murid tidak takut untuk mendekatinya.
Dari sekian banyak murid yang menghabiskan waktu di pantai dengannya, entah kenapa beliau lebih suka bersama Avel, gadis manis berkulit sawo matang ini. P.Rafi sepertinya menikmati sekali acara rekreasi itu. Karena beliau bisa sehari penuh bersama Avel. Tapi Avel hanya menganggap itu biasa saja. Ternyata sebaliknya, bagi P.Rafi itu benar-benar menyenangkan.
“Avel, pindah ke bus ku aja. Di sini lebih enak lo daripada di bis kamu.” teriak P.Rafi.
“Gak ah pak. Enak di sini, banyak temen-temenku.”
“Yah dasar! Kurang nih masihan.”
“Apanya pak yang kurang?” tanya Avel.
“Ngehabisin waktu bareng kamu. Hehe…” jawab P.Rafi sambil tertawa.
Avel menjadi bingung. Tidak biasanya P.Rafi seperti itu. Sedekat-dekatnya dengan murid, tidak pernah P.Rafi sedekat ini dengan Avel.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam ketika mereka sampai di Surabaya. Dengan masih mengantuk, Avel menuruni bus untuk segera pulang. Dia dijemput oleh Vino, pacarnya.
“Avel, aku di sini!” panggil Vino.
“Oke, tunggu aku.”
Dari sudut jalan lain,
“Avel, pulang bareng yuk.”
Setelah Avel menoleh, ternyata P.Rafi yang memanggilnya.
“Maaf pak, aku dijemput pacarku. Lain kali ajah ya pak. Met malam.”
“Lain kali kapan? Kamu kan udah nggak sekolah di SMPN 25 lagi. Ya udahlah. Hati-hati ya.” dengan perasaan kecewa, P.Rafi berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil sepedanya.
Sesampainyadi rumah, Avel tidak langsung tidur. Dia masih merenungi dan mengingat-ingat perkataan dan perbuatan P.Rafi seharian ini. Tepat setelah dia menyimpulkan semuanya, di HPnya tertuliskan ada panggilan dari P.Rafi. Dia pun segera mengangkat telepon itu.
“Malam. Ada apa pak?”
“Kamu belum tidur ta?”
“Belum. Tumben pak telepon aku?”
“Ehm, ku kangen nih sama kamu. Kamu kangen gak sama aku? Aku nggak bisa bayangin deh betapa besar rinduku kalau kamu benar-benar nggak ada di SMPN 25 lagi.” kata P.Rafi.
“Sampai segitunya pak?”
“Singkat banget responnya? Aku beneran bakal kangen berat ma kamu. Kamu nggak ta?”
Setelah P.Rafi selesai telepon, Avel benar-benar yakin dengan kesimpulannya. Bahwa P.Rafi kemungkinan ada perasaan kepadanya. Hanya saja dia tidak berani memastikan langsung. Dia pun juga tidak ingin Vino mengetahui hal ini. Dia memilih untuk diam saja dan tidak menanggapi.
***
Kalimat P.Rafi yang sampai SMA ini masih dia ingat,”Aku akan selalu merindukanmu. Kuharap kau pun juga, Avel. Aku tak kan pernah melupakan murid yang pernah sejenak berlarian dalam pikiranku dan mengaduk-aduk hatiku.”

~~~~~ SELESAI ~~~~~
By: Avel

Diberdayakan oleh Blogger.

Archive

Template by:

Free Blog Templates